Hikmah Dari Cobaan
HIKMAH DARI COBAAN
Pertanyaan
Saya seringsekali mendengar bahwa disana banyak sekali hikmah yang agung adanya musibah yang menimpa manusia, apa hikmah-hikmah tersebut?
Jawaban
Alhamdulillah.
Ya, dalam musibah banyak hikmah nan agung di dalamnya diantaranya adalah:
1. Merealisasikan ubudiah (penghambaan) kepada Allah Tuhan seluruh alam.
Kabanyakan manusia itu hamba hawa nafsunya bukan sebagai hamba kepada Allah. Dia mengiklankan sebagai hamba Allah, akan tetapi ketika ditimpa musibah, mundur ke belakang, seakan rugi dunia akhirat. Hal itu merupakan kerugian yang nyata, Allah Ta’ala berfirman:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَى حَرْفٍ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انْقَلَبَ عَلَى وَجْهِهِ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةَ ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ
“Dan di antara manusia ada yang menyembah Allah hanya di tepi; maka jika dia memperoleh kebajikan, dia merasa puas, dan jika dia ditimpa suatu cobaan, dia berbalik ke belakang. Dia rugi di dunia dan di akhirat. Itulah kerugian yang nyata.”[Al-Hajj/22: 11]
2. Musibah adalah dalam rangka mempersiapkan orang-orang mukmin untuk mendapatkan kedudukan di muka bumi.
Dikatakan kepada Imam Syafi’I rahimahullah, “Manakah yang lebih utama, sabar, cobaan atau kedudukan: maka beliau menjawab, “Kedudukan adalah derajat para Nabi, dan tidak akan mendapatkan kedudukan kecuali setelah mendapatkan ujian. Kalau dia mendapatkan cobaan (ujian), maka dia akan bersabar. Kalau dia bersabar, maka dia akan mendapatkan kedudukan.
3. Sebagai penebus dosa-dosa
Diriwayatkan oleh Tirmizi, (2399) dari Abu Hurairah radhiallahunahu berkata, Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda:
مَا يَزَالُ الْبَلَاءُ بِالْمُؤْمِنِ وَالْمُؤْمِنَةِ فِي نَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَمَالِهِ حَتَّى يَلْقَى اللَّهَ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيئَة
رواه الترمذي (2399) وصححه الألباني في “السلسلة الصحيحة” (2280) .
“Cobaan senantiasa menimpa kepada orang mukmin lelaki dan wanita kepada dirinya, anaknya dan hartanya, sampai dia bertemu dengan Allah, sementara dia tidak ada kesalahannya (dosanya),” HR. Tirmidzi, (2399) dinyatakan shoheh oleh Albani di ‘Silsilah Shahihah, (2280).
Dan dari Anas radhiallahunahu berkata, Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الْخَيْرَ عَجَّلَ لَهُ الْعُقُوبَةَ فِي الدُّنْيَا ، وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الشَّرَّ أَمْسَكَ عَنْهُ بِذَنْبِهِ حَتَّى يُوَافِيَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
رواه الترمذي (2396) وصححه الألباني في السلسلة الصحيحة (1220)
“Jika Allah menginginkan kebaikan kepada seorang hamba-Nya, maka akan disegerakan hukuman baginya di dunia. Ketika Allah menginginkan seorang hamba-Nya kejelekan, maka (Allah) tahan dengan dosa-dosanya, sampai nanti hari kiamat akan mendapatkan balasannya. [HR. Tirmidzi, (2396) dan dinyatakan shoheh oleh Albani di Silsilah Shahihah, (1220)]
4. Mendapatkan pahala dan diangkat derajatnya
Diriwayatkan oleh Muslim, (2572) dari Aisyah radhiallahunha berkata, Rasulullah sallallahu alaihiwa sallam bersabda:
مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ شَوْكَةٍ فَمَا فَوْقَهَا إِلا رَفَعَهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً ، أَوْ حَطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةً
“Apa yang menimpa sorang mukmin dari duri dan yang lebih besar lagi melainkan Allah akan mengangkat derajat untuknya atau menghilangkan dosa baginya.
5. Cobaan adalah kesempatan untuk berfikir tentang aib-aib, aib pada dirinya dan kesalahan pada masa lalu.
Karena kalau itu merupakan siksaan, dimanakah letak kesalahannya?
6. Ujian merupakan pelajaran diantara pelajaran tauhid, keimanan dan tawakal.
Terlihat secara realita akan hakekat diri anda agar anda mengetahui bahwa anda adalah hamba yang lemah. Tiada daya dan kekuatan melainkan dari Tuhanmu. Sehingga anda bertawakal kepada (Allah) dengan sebenar-benar tawakal. Dan benar-benar kembali kepada-Nya. Maka waktu itulah jatuhnya kedudukan, kesesatan dan kesombongan. Kebanggaan, bangga diri dan kelalaian. Memahami bahwa anda adalah hamba yang miskin kembali kepada tuan-Nya. Lemah kembali kepada yang Maha Kuat dan Maha Perkasa Subhanahu.
Ibnu Qoyyim berkata, “Kalau sekiranya Allah subhanahu mengobati hamba-Nya dengan cobaan dan ujian, maka mereka pasti melampaui batas dan menderita. Allah subhanahu ketika menginginkan hamba-Nya suatu kebaikan, maka akan diberi obat-obatan dengan cobaan dan ujian sesuai dengan kadar kondisinya. Yang dapat menghilangkan penyakit-penyakit yang membinasakan. Sampai ketika sudah dibersihkan dan dicuci dan layak mendapatkan posisi yang mulia di dunia yaitu penghambahan (ubudiyah) kepada-Nya. Dan mendapatkan pahala tertinggi di akhirat yaitu melihat dan dekat kepada Allah. Selesai Zadul Ma’ad, (4/195)
7. Ujian dapat mengeluarkan sifat sombong dari diri seseorang dan menjadikan lebih dekat kepada Allah.
Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan terkait dengan firman Allah ta’ala :
وَيَوْم حُنَيْنٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتكُمْ
(dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah(mu) [At-Taubah/9: 25].
Diriwayatkan oleh Yunus bin Bukair dalam ‘Ziyadat Maghozi’ dari Robi’ bin Anas berkata, ada seseorang berkomentar waktu perang Hunain, “Sekarang Kita tidak akan kalah karena jumlah sedikit. Hal itu memberatkan Nabi sallallahu alaihi wa sallam, maka terjadi kekalahan.
Ibnu Qosyyim dalam Zadul Ma’ad, (3/477) mengatakan, “Adanya hikmah dari Allah subhanahu agar umat Islam merasakan kegetiran kekalahan dan cerai berai padahal jumlah pasukan dan persenjataan lebih banyak serta lebih kuat agar kepalanya tertunduk diangkat dengan kemenangan. Tidak dapat masuk negara dan kemuliaannya sebagaimana Rasulullah sallallahualaihi wasallm masuk dalam kondisi menundukkan kepalanya disisi kudanya sampai dagunya hampir mengenai pelananya karena tawadhu; kepada Tuhannya. Khudu’ akan keagungan-Nya dan ketenangan akan kemuliaan-Nya.
Allah Ta’ala befirman:
وَلِيُمَحِّصَ اللّهُ الَّذِينَ آمَنُواْ وَيَمْحَقَ الْكَافِرِينَ
“Dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir.” [Ali Imran/3: 141].
Al-Qosimi mengatakan, (4/239), “Maksudnya adalah membersihkan dari dosa-dosa dan dari kejelekan jiwa. Begitu juga membersihkan dan membinasakan dari orang-orang munafik. Sehingga mereka tersaring darinya. Kemudian disebutkan hikmah yang lainnya yaitu (membinasakan orang-orang kafir) maksudnya menghancurkan mereka. Karena ketika mereka menang, akan melampaui batas dan sombong sehingga hal itu menjadi sebab kehancuran mereka. Dimana menjadi sunah Allah ketika ingin menghancurkan musuh-musuh-Nya dan membinasannya.Terikat dengan sebab-sebab yang menjadikan mereka hancur dan binasa. Diantara sebab terbesar setelah kekufuran mereka adalah melampai batas dan berlebihan dalam mengganggu kekasih-Nya. Serta memerangi dan membunuhnya serta menguasainya. Maka Allah binasakan orang yang memerangi Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam pada perang Uhud dimana mereka semua tetap membangkang dalam kekufurannya.”
8. Menampakkan hakekat dan kebaikan seseorang. Karena disana ada orang yang belum diketahui keutamaannya kecuali dalam ujian.
Fudhoil bin Iyad mengatakan, “Orang ketika dalam kesehatan masih tersembunyi, ketika tertimpa ujian, maka mereka akan kelihatan hakekat sebenarnya. Sehingga orang mukmin akan kelihatan keimanannya sementara orang munafik kelihatan kenifakannya.
Baihaqi meriwayatkan dalam kitab ‘Dalail’ dari Abu Salamah berkata, kebanyakan orang terkena fitnah -maksudnya setelah peristiwa isro’- maka ada orang mendatangi Abu Bakar dan diceritakan kepadanya, maka beliau mengatakan, “Saya bersaksi bahwa beliau jujur. Mereka mengatakan, “Apakah kamu mempercayai dia pergi ke Syam kemudian pulang ke Mekkah dalam satu malam? Beliau menjawab, “Ya, sungguh saya percaya kalaupun lebih jauh dari itu. Saya mempercayai kabar dari langit. (Perawi) berkata, “Maka beliau dijuluki Siddiq’
9. Ujian mendidik suatu generasi dan setelahnya
Allah telah memilih nabi-Nya hidup dalam kesusahan yang diperoleh dengan penuh perjuangan. Sejak kecil dipersiapkan untuk menghadapi tugas nan agung yang telah menunggunya dimana tidak mungkin sabar kecuali genarasi yang kuat. Tegar dalam menghadapi kesusahan, dan bersabar ketika ditimpa musibah.
Nabi sallallahu’alaihi wa sallam tumbuh dalam kondisi yatim (ditinggal wafat ayahnya). Tidak berapa lama, kemudian ibunya meninggal dunia juga. Allah subahanahu wata’ala mengingatkan Nabi sallallahu alaihi wa sallam akan hal ini seraya berfirman:
ألم يجدك يتيماً فآوى
(Bukankah dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu) [Ad-Dhuha/93 :6].
Seakan Allah Ta’ala telah menyiapkan Nabi sallallahu alaihi wa sallam untuk mengemban tanggung jawab dan kesulitan semenjak kecil.
10. Diantara hikmah ujian dan cobaan ini bahwa seseorang dapat membedakan antara teman yang sejati dan teman yang memanfaatkan saja.
Sebagaimana perkataan syair:
Semoga Allah membalas kesulitan dengan semua kebaikan
Bahkan jika itu menutupi dari kemuliaanku
Saya berterima kasih padanya hanya
Karena saya mengetahui musuh saya dari temannya
11. Ujian mengingatkan anda dosa-dosa anda agar bertaubat darinya
Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَمَا أَصَابَكَ مِن سَيئَةٍ فَمِن نفسِكَ
“Dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” [An-Nisa’/4: 79]
Dan firman Allah Ta’ala:
وَمَا أَصابَكُم من مصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَت أَيدِيكُم وَيَعفُوا عَن كَثِيرٍ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” [As-Syura/42: 30].
Maka ujian adalah kesempatan untuk bertaubat sebelum mendapatkan siksaan besar nanti pada hari kiamat. Maka Allah Ta’ala berfirman:
وَلَنُذِيقَنهُم منَ العَذَابِ الأدنَى دُونَ العَذَابِ الأكبَرِ لَعَلهُم يَرجِعُونَ
“Dan Sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar).”[As-Sajdah/32: 21]
Dan siksaan yang dekat adalah kesusahan dan frustasi di dunia dan apa yang menimpa manusia baik keburukan maupun kejelekan.
Kalau kehidupan terus dalam kondisi enak, maka seseorang akan sampai pada tingkatan bangga diri dan sombong. Mengira dirinya cukup tidak membutuhkan Allah. Diantara rahmat subhanahu seseorang diuji agar kembali kepada-Nya,
12. Ujian dapat menyingkap kepada anda hakekat dunia dan tipuannya dan ia hanya kesenangan yang melalaikan.
Bahwa kehidupan yang benar dan sempurna berada dibelakang dunia ini adalah kehidupan tidak ada sakit dan Lelah.
وَإِن الدارَ الآخِرَةَ لَهِىَ الحَيَوَانُ لَو كَانُوا يَعلَمُونَ
“Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” [Al-Ankabut/29: 64]
Sementara dunia ini adalah kesusahan, keletihan dan kegundahan.
لَقَد خَلَقنَا الإِنسانَ في كَبَدٍ
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.” [ Al-Balad/90:4]
13. Ujian mengingatkan anda akan kelebihan akan nikmat Allah kepada anda berupa kesehatan dan kesejahteraan.
Sesungguhnya musibah ini, membuka anda akan penjelasan yang gamblang akan makna sehat dan sejahtera dimana anda telah menikmatinya dalam jangka waktu yang lama. Dimana anda belum menikmati kelezatannya dan belum merasakan kadarnya dengan sebenarnya. Dan musibah mengingatkan anda kepada Pemberi nikmat dan kenikmatan-kenikmatan (dari Nya). Sehingga hal itu menjadi sebab bersyukur kepada Allah subhanah atas kenikmatan dari-Nya semata.
14. Rindu akan surga
Tidak akan rindu terhadap surga selagi belum merasakan kegetiran dunia. Bagaimana anda bisa rindu kepada surga sementara anda menikmati dunia?
Inilah sebagian hikmah dan kemaslahatan yang didapatkan dari ujian dan hikmah Allah ta’la itu lebih besar dan lebih mulia.
Wallahu ta’ala a’lam.
Disaslin dari islamqa
Artikel asli: https://almanhaj.or.id/27365-hikmah-dari-cobaan.html